Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Salah satu pendidikan yang sedang populer digalakkan oleh pemerintah adalah pendidikan karakter.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang menanamkan perilaku atau karakter yang baik bagi manusia.[1]
Bukan pemandangan yang asing lagi jika dibeberapa sekolah telah menjadikan salaman sebagai aktivitas di pagi hari ketika siswa mulai masuk pintu gerbang sekolah. Para guru dengan sabar berdiri menunggu siswa siswi yang berdatangan dan menyambut uluran tangan mereka secara bergantian.
Kegiatan ini dilakukan sebelum bel masuk berbunyi, sehingga para guru pun harus rela berangkat lebih awal agar bisa menjalankan aktivitas rutin ini secara bergantian di depan pintu gerbang. Bahkan ada siswa dalam sebuah sekolah yang melakukan salaman tidak hanya di pintu gerbang saja.
Tetapi mereka juga melakukan salaman ketika masuk kelas dan keluar kelas, ketika berada di musholla, ketika berkepentingan di ruang guru ataupun ketika bertemu di jalan di lingkungan sekolah.
Pemandangan yang terlihat di atas tentu tidak lepas dari beberapa tujuan, diantaranya untuk menyambut kedatangan siswa-siswi yang memulai harinya dengan belajar, menjalin ikatan emosional masing-masing pribadi agar ada ikatan yang kuat antara pendidik dan peserta didik, menjalin komunikasi melalui tegur sapa sebagai bentuk pengakuan pihak sekolah atas keberadaan peserta didik di lingkungan sekolah dan lain sebagainya.
Salaman yang berlaku di lingkungan sekolah juga sebagai bentuk penghormatan antara yang muda dan tua. Di sanalah terjadi penghormatan seorang guru kepada para siswa dan penghormatan siswa kepada guru sebagai orang tua kedua di sekolah.
Dengan salaman itu diharapkan terjalinnya ikatan batin antara guru dengan siswa sehingga mampu menyampaikan pesan pesan positif berupa penghargaan dan kepercayaan yang pada akhirnya berujung pada perasaan diakui dan diterima sebagai bagian dari keluarga besar di lingkungan sekolah tersebut.
Fenomena ini tentu memiliki nilai positif dalam rangka menggalakkan kembali budaya salaman yang semakin tergerus oleh perubahan prilaku sosial di masyarakat yang cenderung individualis terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan.
Mereka tidak lagi saling menghargai antara yang satu dengan yang lain, mementingkan diri sendiri dan acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar. Bahkan gejala semacam ini juga sudah menjalar ke masyarakat pedesaan sekalipun.
Menurut Al Hattab (ulama madzhab Malikiyah) mengatakan: “Para ulama kami (Malikiyah) mengatakan: Jabat tangan artinya meletakkan telapak tangan pada telapak tangan orang lain dan ditahan beberapa saat, selama rentang waktu yang cukup untuk menyampaikan salam.” (Hasyiyah Al Adzkar An Nawawi oleh Ali Asy Syariji, hal. 426).
Jadi dengan salaman seseorang bisa melakukan dua aktifitas sekaligus, berjabat tangan dan mengucapkan salam.
Salaman yang yang dilakukan tentu memiliki arti yang lebih dari sekedar berjabat tangan. Sebab ketika proses berjabat tangan itu berlangsung maka ketika itu pula ada proses peleburan prasangka, rasa bersalah, dendam, marah dan sebagainya yang pada akhirnya masing-masing pribadi saling memaklumi bahwa setiap orang pasti tak lepas dari kesalahan baik yang disengaja maupun tidak dan saling mengikhlaskan diri untuk senantiasa menjaga hubungan baik hingga pada pertemuan berikutnya.
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya seorang mukmin apabila bertemu dengan mukmin yang lain, lalu ia mengucapkan salam dan mengambil tangannya untuk menjabatnya, maka akan berguguran kesalahan-kesalahan keduanya sebagaimana bergugurannya daun-daun pepohonan.” (HR. Al-Mundziri dalam At-Targhib 3/270, Al-Haitsami dalam Al-Majma’ 8/36, lihat Ash-Shahihah no. 526).
Dan diriwayatkan dari Al Barra’, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan kecuali akan diampuni dosa keduanya selama belum berpisah.” (Shahih Abu Daud, 4343)
Berjabat tangan yang disertai dengan ucapan salam bukan sekedar ungkapan atau kata-kata biasa melainkan berupa doa dan pengharapan agar selamat dan sejahtera. Diantara manfaat salam adalah mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung pada Allah SWT.
Jika Allah tidak berkenan niscaya kita bukanlah siapa-siapa dan tidak berarti apa-apa. Dengan salam suasana yang kaku akan menjadi cair dan menyenangkan. Dengan salam dapat merekatkan persaudaraan dan kasih sayang diantara kita.
Dengan salam berarti mengajak kita bertegur sapa untuk saling memahami antara yang satu dengan yang lain. Jika dikaji lebih dalam salaman bukanlah sekedar budaya melainkan juga sebuah i’tikad baik untuk memulai atau mengakhiri sesuatu tanpa ada perasaan negatif yang berarti.
Dalam islam, salaman malah dianjurkan sebagaimana Rasulullah bersabda “Termasuk kesempurnaan tahiyyah (ucapan salam) adalah engkau menjabat tangan saudaramu.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 968, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad menyatakan: Sanadnya shahih secara mauquf).
Rasulullah juga bersabda “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan tidaklah kalian beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang jika kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam diantara kalian”.
Dengan demikian tidak perlu diragukan lagi bahwa salaman adalah awal yang tepat untuk memulai setiap bentuk pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Dari salamanlah semua i’tikad baik bisa dimulai.
Karena dalam salaman kita melakukan dua aktifitas yang bernilai positif dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan salaman akan terbentuk komunikasi yang baik diantara kita. Dengan salaman akan terbentuk hubungan yang baik sebagai saudara.
Maka sebagai saudara kita adalah bagian yang utuh satu sama lain. Jika sebagian tubuh sakit maka sebagian tubuh yang lain akan merasakan sakit juga. Pada akhirnya dari aktifitas itu kita dapat memupuk kembali nilai nilai khas budaya Indonesia yang hampir hilang berupa sikap ramah, sopan, santun dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
[1] Bersahabat Di Lingkungan Sekolah et al., “Budaya Salaman Sebagai Upaya Menumbuhkan Karakter” (2015): 1–10.